Friday, November 18, 2016

Tradisi Demo Bela Agama di Nusantara Sudah Ada Bahkan Sejak Tahun 1918


Pada awal Januari tahun 1918, surat kabar harian bernama “Djawi Hisworo” memuat artikel yang berisi penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Artikel tersebut ditulis oleh Djojodikoro, berjudul “Pertjakapan Antara Martho dan Djojo”.

Dalam artikel itu memuat kalimat bertuliskan, “Gusti Kandjeng Nabi Rasoel minoem AVH, minoem opium, dan kadang soeka mengisep opium.”

Kalimat itu secara jelas menuduh Nabi SAW adalah pemabuk dan suka mengkonsumsi opium.

Sontak, artikel tersebut mendapat reaksi besar dari masyarakat Muslim waktu itu. Salah satu tokoh Islam, yaitu H.O.S (Hadji Oemar Said) Tjokroaminoto bahkan segera membentuk organisasi bernama Tentara Kanjeng Nabi Muhammad (TKNM).

Struktur TKNM ini terdiri dari:
Ketua : HOS Tjokroaminoto
Bendahara: Syekh Roebaja bin Ambarak bin Thalib
Sekretaris : Sosrokardono

Setelah dibentuk, TKNM menyeru kepada masyarakat Indonesia untuk menghadiri perkumpulan besar yang berlokasi di Kebun Raya Surabaya pada 6 Februari 1918.

Perkumpulan ini diadakan sebagai sikap kaum muslim terhadap penghinaan Nabi SAW.

Tahukah berapa kaum muslim yang ikut dalam aksi tersebut? Tidak kurang dari 35.000 orang! Tuntutannya hanya 1, yaitu mendesak pemerintah Hindia Belanda dan Sunan Surakarta untuk segera mengadili Djojodikoro dan Martodarsono (pemilik surat kabar) atas kasus penistaan Nabi SAW.

Di waktu itu, media tidak seperti sekarang. Tidak ada sosial media facebook, twitter, dan tidak ada TV. Radio pun hanya segelintir orang yang punya. TNKM hanya bermodalkan pesan lisan dan media seleberan kertas untuk mengumpulkan massa sebesar itu. Jadi bisa dibayangkan betapa besarnya kemarahan masyarakat Muslim Indonesia mengetahui Nabi mereka dihina.

Jadi demo Bela Agama Islam adalah "tradisi" Umat Islam sejak zaman doeloe kala.

Inilah tradisi "Muslim Nusantara", spirit keagamaan warisan leluhur yang mendudukkan persoalan agama adalah persoalan paling tinggi.

Sehingga kalau sekarang tahun 2016 ini Umat Islam se-nusantara tergerak membela agamanya yang dihina, sesungguhnya merekalah muslim Nusantara sejati. Dan para pemimpin umat yang mengorganisir aksi seperti Habib Rizieq dll, sesungguhnya merekalah pewaris dan penerus perjuangan HOS Tjokroaminoto.

Kalau doeloe HOS Tjokroaminoto membentuk Tentara Kanjeng Nabi Muhammad (TKNM), maka Habib Rizieq dll membentuk Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI.

Gerakan mereka sama = Membela Agama.

JADI, SIAPA SESUNGGUHNYA YANG NUSANTARA?

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

No comments:

Post a Comment